(D.I.Y) Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sebenarnya apa sih yang istimewa dari kota ini? Mungkin
banyak orang sering menyebut kota ini sebagai kota pelajar, atau juga terkenal
sebagai kota gudeg. Tapi kenapa kota ini disebut sebagai kota pelajar? toh
dikota lain juga banyak berdiri sekolahan, kampus, dan sarana pendidikan yang
lengkap? Lalu apa karna gudeg? Kalau pun karna gudeg, tapi kenapa banyak orang
yang mengatakan selalu rindu dengan kota ini? Apa semua orang rindu dengan
gudeg? Kan ga semua orang juga suka makan gudeg.. Ohh yaa.. Atau mungkin karna
mereka mempunyai seseorang yang istimewa di kota ini? Maka-nya mereka menyebut
kota Jogja ini istimewa. Tapi kalau pun iya, kenapa gue ga pernah ngedenger
(D.I.B) Daerah Istimewa Bekasi (misalkan) yaa karna ada seseorang yang istimewa
di daerah Bekasi hehehe.
Tapi karna gue
seorang Backpacker, jadi gue pun mengajak adik gue (Surya) untuk melihat sisi
lain sekaligus mencari tau ke istimewaan dari kota ini dengan memesan langsung
tiket KA Progo.
Tips
1 : "Untuk kalian yang
ingin backpakeran sendrian, pastikan kalian sudah memesan
tiket dari jauh-jauh hari minimal H-90 dan kalian sudah harus mengetahui dimana kalian
akan menginap atau setidaknya memiliki
seseorang/kenalan yang bisa dipercaya untuk menginap selama
kalian berada ditempat yang dituju".
Tips 2 : “Pilihlah
kendaraan yang berangkat dimalam hari, karna itu bisa
mempersingkat/memaksimalkan waktu liburan lo, menghemat biaya penginapan
sehingga bisa mencari penginapan disiang harinya.
Hari Pertama
Hari pertama
kami berada dikota ini, kami langsung dijemput oleh seorang mas-mas yang baru
gue kenal dari teman kampus gue bernama Angga.
Jadi sebenarnya dari mas Angga ini kami meminjam motor selama kami
berada disana men, dan kenapa naik motor? Karna selain lebih efesien, gue rasa dengan
motor juga udah cukup ko’ untuk menelusuri jalan dikota Jogja ini.
Tetapi yang awalnya hanya ingin menyewa motor pada mas-Nya, ternyata dia juga menawarkan penginapan kepada kami secara gratissss *rejekianaksoleh* hehehe :’3 (padahal, kami baru saja kenal lohh)
Setelah sampai di penginapan dan sarapan diwarung burjo (Bubur
kacang ijo) yaa walaupun sebenarnya makan-Nya ga bubur kacang ijo sih,
pertualangan kami pun dimulai dengan pergi ke tujuan pertama yaitu Candi
Borobudur. Dengan
bermodalkan sepeda motor , GPS di HP serta nekat, perjalanan kami mulai dari
pusat kota Jogja - Borobudur mengikuti arahan dari GPS dan membutuhkan waktu sekitar
1,5-2 jam. Setelah tiba
di Borobudur, kesan pertama yang gue dapet adalah hawa-Nya panasssss banget
mennn.. tapi ga usah khawatir, disana juga ada ko’ ibu-ibu yang menyewakan
payung agar lo gak menghitam. Dan kesan kedua yang gue rasa saat melihat
Borobudur adalah *bengong!* ternyata Borobudur itu besar banget yah hehehe..
Info : Candi
Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram
Kuno. Candi ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa dengan bentuk bangunan
punden berundak-undak yang terdiri dari 10 tingkat.
Dan sebenarnnya
ga banyak sih yang bisa kami lakukan disana, selain berfoto-foto ria atau
sekedar ngobrol dan berkenalan dengan bule, yaa sampai akhirnya kami merasa
bosan dan kepanasan sehingga kami pun melanjutkan perjalanan untuk mengejar
sunset dicandi ratu boko.
Setengah
perjalanan berlalu, tapi apalah daya kondisi badan masih belum fit setelah
perjalanan dikereta semalaman. Dengan begitu kami pun memutuskan untuk
membatalkan kunjungan ke Candi Ratu Boko dan berhenti sejenak disebuah masjid.
Saat
beristirahat, gue pun merenung dan mulai bertanya pada diri sendiri “seperti
ini kah perasaan orang perantauan yang hidup dikota orang lain, jauh dari rumah
dan keluarga, sunyi dan sepi, merasa asing ditempat asing. Salut untuk mereka
(mayoritas pelajar) yang mampu berjuang dikota ini demi meraih cita-citanya”.
Setelah cukup
beristirahat, kami pun kembali ke homestay dan prepare wisata malam
di Jogja.
Dannnn..
Malamnyaaaaa..
Gue
meminta mas
Angga untuk menemani kami keliling kota Jogja, yang
dimulai dengan mencicipi minuman sekitar stasiun Tugu yang bernama kopi areng
atau biasa disebut dengan sebutan “Kopi Joss”. Sebenarnya gue sudah cukup tau
dengan keberadaan kopi ini, tapi untuk mencobanya? Ini pertama kalinya.
Dan.. waww..
Rasanya Joss banget men.. Panasssnya itu lohh ga hilang-hilang -__-“
Tapi untung saja
ada musisi jalanan (pengamen) yang menghibur kami, sehingga ga terasa malam
semakin larut dan kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan-jalan
melewati Patung Tugu, menelusuri Jl.Malioboro, titik 0 (Nol) derajat memasuki
jalan yang sepi dan gelap sampai diujung jalan gue melihat cahaya lampu warna-warni
dan ternyata ituuu.. Sejenis kereta odong-odong (atau apalah itu namanya)
yang dihiasi dengan lampu warna-warni men. Dan itu tandanya kami sudah sampai
di Alun-alun Kidul Jogja.
Mau ngapain gue
kesini? Naik odong-odong? Yaa ngga lah.. ga menantang banget bagi gue yang
pemberani ini hahahaha xD (lagian gue juga udah sering ko’ naik kereta
odong-odong di Jakarta).
Jadi, disana
kami mencoba peruntungan dengan melewati 2 pohon beringin dimalam hari yang
gelap dan dengan mata tertutup. Kemudian kami pun mencoba yang diawali dengan berputar
ditempat sebanyak 3x kemudian jalan kedepan tapi ga usah khawatir nabrak,
walaupun tempat ini ramai, orang-orang disana ga akan marah ko’ kalau disuruh minggir
ketika kita sedang jalan dengan mata tertutup ^^
Dan setelah kesekian kali-Nya gue mencoba melewati pohon kembar itu, akhirnya gue berhasil hahaha.. perasaannya yaa pecah banget lahh pokoknya hahaa (Dan lo tau apa yang terjadi dengan impian gue? Beberapa bulan kemudian gue berhasil mewujudkan impian gue men! Untuk pergi ke Gn.Bromo)
Dan setelah kesekian kali-Nya gue mencoba melewati pohon kembar itu, akhirnya gue berhasil hahaha.. perasaannya yaa pecah banget lahh pokoknya hahaa (Dan lo tau apa yang terjadi dengan impian gue? Beberapa bulan kemudian gue berhasil mewujudkan impian gue men! Untuk pergi ke Gn.Bromo)
Pas setelah gue berhasil melewati pohon itu, Surya pun langsung
berhasil juga melewatinya. Tetapiiiii.. saat dia sudah berada
diantara dua pohon itu, tiba-tiba dia malah berbelok
arah dan menabrak
pohonnya hahaha..
Hari Kedua
Ke Esokan Hari nya..
Dan lagi, warung burjo pun masih menjadi tempat makan
termurah bagi kami untuk sarapan, yahh kami disini memang bukan untuk berwisata
kuliner, jadi kami pun harus makan sekadarnya saja (hiks hiks.. sabar yah dekk)
Tips 3 : "Untuk
menghemat pengeluaran dan keamanan domestik selama perjalanan jauh,cobalah
untuk membeli air mineral di warteg. Seperti halnya gue yang bermodal botol
kosong dan membeli air mineral 1500ml di burjo dengan harga Rp.1000"
Setelah semua
perlengkapan kami rasa sudah siap, serta perut dan tenaga
kembali terisi, kami berdua pun melanjutkan perjalanan dengan masih bermodal
sepeda motor, GPS di HP dan nekat menuju arah timur kota Jogja.
Dalam perjalanan
adik gue bertanya “a’ memangnya kita mau kemana lagi?” | “udah
ikutin aja, pokoknya kita harus mencari tau ke istimewaan di Jogja” | ”Iya,
tapi kemana? | “Goa Pindul”
Yaaa..
sebenarnya gue udah punya kenalan di Goa Pindul ini yang bernama Mas Aan,
tetapi saat dipertengahan jalan memasuki jalan di Gunung Kidul tiba-tiba sinyal
di HP gue menghilang. BBM mas Aan pending! Gue ga tau mau ke arah mana selain
mengikuti jalan sesuai arahan GPS di HP.
Sampai kami
berhenti dipinggiran jalan yang bertuliskan “Pusat Reservasi Goa Pindul”, Dari
kejauhan kami melihat seseorang yang tiba-tiba memanggil kami, yaa sebenarnya
kami merasa takut, kami sudah berusaha untuk pergi
tapi adik gue
menahan dan berkata “a’ ntar dulu, itu dipanggil!”
dengan wajah ramah Mas-nya itu bertanya “Mau kemana mas?
Ke Goa Pindul yah? Ayo biar saya antar” | dengan rasa was-was gue
menjawab “Ah gak usah mas, terimakasih. Saya sudah ada kenalan
yang mau mengantar kami ko’ | “udah gpp mas, biar saya
antar saja. Saya pegawai resmi Goa Pindul qo’. Ini buktinya (mengeluarkan
brosur resmi) Ayo biar saya antar gratis ko’ gak dipintain biaya
mas pungkasnya dengan nada meyakinkan.
“memangnya mas
sudah janjian dengan teman mas Nya dimana? Biar saya antar sekalian saja biar
cepat” lanjutnya. Melihat HP masih belum ada sinyal dan BBM
masih pending, gue pun meng’iya kan tawaran dari nya. “yaudah
mas,langsung ke Goa Pindul saja ga usah nunggu teman saya, tapi jalannya
pelan-pelan saja yah mas” | “oh iya baik mas”
30-45
menit lebih perjalanan sudah kami mengikuti orang itu, melewati jalan
pegunungan yang berlika-liku naik-turun serta dimanjakan dengan pemandangan
yang luar biasa indahnya membuat kami tak sadar kalau kami sudah sampai.
Sesampainya
disana (reservasi/pemesanan tiket), kami pun beristirahat sejenak dan
dimanjakan dengan pelayanan yang sederhana dengan disediakannya teh manis anget
hehee.. lumayan bikin seger badan setelah itu kami pun disuruh
memilih paket wisata yang disediakan disana yaitu: Goa Baru, Goa Pindul, Rivel
Tubing Oyo, Goa Sriti dan Goa Glatik.
Dengan
biaya Rp.40.000/org utk satu paket, kami pun memutuskan untuk memilih 2 paket
yang cukup menjadi Idola para pengunjung *katanya* yaitu Goa Pindul dan
River Tubing Oyo.
Setelah itu,
kami ganti pakaian dan ternyata kami ga sendirian men hehehe.. senangnya hati
gue yang ternyata kami bekelompok (bertemu) dengan sepasang kekasih yang
ternyata berasal dari Bekasi :D
Dan yang lebih gokilnya lagi sang tour guide kamiyang bernama Pak Yanto ini mirip banget dengan Bapak Jokowi lohh hahahaa :D
Dan yang lebih gokilnya lagi sang tour guide kamiyang bernama Pak Yanto ini mirip banget dengan Bapak Jokowi lohh hahahaa :D
Kami pun
berangkat menggunakan mobil terbuka menuju Goa Pindul (5-10menit), setibanya
kami di Goa Pindul, pak Yanto pun mulai beraksi dengan menerangkan tentang Goa
ini.
Pak
Yanto : “yaa Goa Pindul ini dulunya adalah... tempat betapanya raja...
Kedalaman di dalam Goa ini sekitar... dan batu disini disebut dengan batu
stalaktit dan yang ini disebut dengan batu stalakmit.. dan bla bla bla...”
Jadi, di Goa
Pindul ini berisi sungai yang arusnya tenang atau bahkan ga berarus sehingga
kami pun hanya bisa duduk manis disebuah ban besar (Cave Tubing) yang akan
membuat kami mengapung menyusuri perut goa sehingga kami sangat menikmati
banget! karna ini keren banget men.. didalam goa ini sangat gelap! Banyak kalelawar
sampai bertemu dengan biasan cahaya matahari dari atas goa seperti cahaya dari
surga gitu deh pokoknya hehee.. dan itu sekaligus menunjukkan bahwa ujung Goa
sudah mulai dekat. kurang lebih 45 menit kami berada di Goa Pindul dan harus
melanjutkan perjalanan, yaitu Tubing di Sungai Oyo.
Dan di sungai
ini lah keberanian kami benar-benar diuji! Karna hal yang terkenal dari sungai
ini adalah dengan melakukan lompatan atau terjun dari tebing ke dalam sungai
Oyo dengan ketinggian kurang lebih 12 Meter men..!!
Untuk permulaan
gue memaksa adik gue Surya untuk mencoba melompat dari tebing yang cukup
tinggi, mungkin sekitar 5-8 meter sedangkan gue mencoba untuk merekam momen
tersebut dengan HP yang gue bawa dengan lapisan kantong kresek transparant.
Dan... saat dia sudah diujung tebing, ehh dia malah balik lagi untuk turun
hahahaa... “Tinggi banget a!” | “ahh dasar cemen lo Sur!” Gue
mencoba untuk meledeknya “Coba aja kalau emang a’a berani
sana!”
Gue
pun mencoba untuk melompat dari tebing dan saat diujung ternyata memang lumayan
serem men hehee.. yaa sebenarnya ini pertama kalinya bagi gue melompat ke
sungai dari tebing, tapi demi sebuah pengalaman baru dan merangsang adik gue
untuk berani mencoba juga, gue pun melompat dan jeburrrr..!! Dann.. ternyata
ini ga se’seram yang gue pikirkan, malahan bikin ketagihan hehehe.. Melihat gue
yang udah berhasil melompat, Surya pun akhirnya mencoba untuk melompat dan
yapp!! Berhasil! Hahaha..
Setelah mencoba melompat
dari tebing yang pertama, pak Yanto pun menantang gue untuk melompat dari
tebing yang ga jauh dari tebing yang pertama tetapi memiliki ketinggian yang
jauh lebih tinggi, kurang lebih mencapai 12 meter men!
Yaa awalnya gue
cuma mau tau seberapa tinggi tebing ini dengan mengikuti teman seperjalanan gue
yang berasal dari Bekasi itu untuk naik ketebing ke dua ini. Dan lo tau apa? Dia
lompat men!! Gila!! Ternyata ini tinggi banget, gue pengen balik turun lagi tapi
ga bisa karna jalannya cukup licin. Jadi yaa mau ga mau gue harus terjun dehh..
-_-
Surya, Pak
Yanto, dan teman gue dari Bekasi mencoba menyemangati gue dari bawah sana,
sedangkan gue? Yaa Cuma bisa berdoa dan sedikit senam untuk menghilangkan rasa
takut hehee.. 5 menit sudah gue berada di atas dan mereka masih setia menunggu
gue untuk melompat hehee.. dan akhirnya gue lompat!! Sumpah gue seneng banget
karna bisa mengalahkan rasa takut, yaa walaupun sebenarnya rada terpaksa juga
sih hehee :D
Tips
4 : "Tips melompat kesungai: 1. Amati orang lain
(sebelum kamu) melompat 2. Berdoa 3.Olahraga ditempat 4.Berhitung sampai3
5.Lompat pada hitungan ke2 6. Tarik nafas 7.Tangan terkelungkup 8.Kaki
lurus 9.Lemaskan kaki ketika jatuh dan 10. Bersyukurlah ketika sadar kalau kamu
masih hidup"
Kemudian
perjalanan menyusuri sungai Oyo pun kami lanjutkan dengan sedikit perbincangan
tentang khayalan “Ahh puas Nya! Senang banget bisa kesini, menyegarkan
pikiran dari penatnya Jakarta, Kalau saja di Jakarta ada tempat wisata seperti
ini hehehe”
Setelah
perjalanan di Sungai Oyo yang berdurasi kurang lebih 2 Jam ini berakhir, sehingga
membuat perut kami cukup kelaparan *bangettt* ,
kami pun memutuskan untuk mencari tempat makan bersama-sama. Yaa begini lah,
sebisa mungkin cobalah untuk berinteraksi atau bahkan sekedar bertukar
informasi dan pengalaman dengan sesama traveller lainnya.
Seperti hal-Nya
gue yang sebenarnya baru tau kalau sepasang kekasih ini berasal dari Bekasi
yang sengaja berliburan ke Jogja dengan menggunakan mobil pribadi, dan mereka
yang kaget terheran-heran begitu tau kami ini kakak beradik yang tumben
akur backpacker’an ber dua saja menggunakan kereta ekonomi, motor
sewa’an, uang se’adanya dan nekat.
Setelah itu,
kami pun berpisah.. mereka kembali ke Jogja sedangkan kami melanjutkan
perjalanan dengan tujuan mengejar sunset di puncak Gn.Api Purba.
Perjalanan ke Gn.Api Purba kali ini sedikit lebih sulit dari perjalanan ke tempat-tempat sebelumnya. Karna gue sama sekali ga tau ke arah mana sebab lokasinya yang ga terdeteksi di GPS. Sampai-sampai yang bikin gue lebih herannya lagi, saat gue mencoba untuk bertanya ke salah satu warga disana.
“Permisi pak,
numpang tanya, kalau mau ke Gn.Api Purba itu lewat mana yah?” | “Apa??
Gn.Api Purba itu tempat apa yah? dimana yah? Saya baru denger” Jawabnya.
Dalam hati gue bertanya heran (“ko orang yang asli sini malah ngga tau yah?
Jadi bingung sendiri”) -_- “Di Nglanggeran pak” Jawab
gue memperjelas. Tapi dia malah jawab “wah saya ga tau mas”
Kami pun melanjutkan perjalanan sampai akhirnya gue mencoba untuk bertanya ke salah satu petugas/karyawan SPBU sampai kami mendapatkan patokan-patokan arahnya.. Tapi setelah beberapa patokan kami telusuri, gue pun lupa ke arah mana lagi yang harus gue ambil.
Dipertengahan jalan gue pun memutuskan untuk bertanya lagi ke salah satu warga disana dengan pertanyaan yang sama. "Permisi pak, numpang tanya, kalau mau ke Gn.Api Purba itu lewat mana yah?" dengan lantang dia pun menjawab "Koe neng kene, trus neng kono kene neng kene neng kono" hadehhh.. mampus deh gue! (Gue udah dimana ini yah? sampai-sampai gue nanya aja dijawabnya pake bahasa aneh gini -_-) sumpah gue bengong dan pusing "Haa? Oh iya mas, terimakasih yah" kaya gue dengan niat mengakhiri perbincangan yang ga jelas ini.
Setelah beberapa
kali kami bertanya akhirnya kami pun sampai juga di Gn.Api Purba. Dengan tiket
masuk Rp.7000/org kami pun sudah bisa naik dan ternyata ga anak muda aja loh
yang naik ke sini, ntah waktu itu mungkin karna bertepatan dengan acara
adat yang gue lupa dalam rangka apa perayaannya itu jadi ada
sekelompok ibu-ibu yang juga ikut naik hehee.. yaa walau saat dipertengahan
jalan mereka turun lagi :p
Info : Gn. ApiPurba terletak di desa Nglanggeran, Kabupaten Gunung Kidul. Gunung ini memiliki ketinggian 700 mdpl (satu jam perjalanan) jalurnya pun sangat mudah didaki jadi sangat cocok buat pendaki pemula.
Setengah
perjalanan sudah kami naik, Surya sudah mulai kehausan dan gue pun memberikan
air minum. Saat Surya selesai minum dan gue bermaksud untuk memasukkan botol ke
dalam tas, gak sengaja gue menaruh HP gue di pinggiran jalan, sampai kami sudah
tiba diatas barulah gue sadar kalau HP gue gak ada, dan mulai kepikiran kalau
HP gue ketinggalan di bawah!!
Gue pun bergegas
kembali kebawah mencari HP, tetapi setelah beberapa meter gue melangkahkan kaki
untuk turun, tiba-tiba ada dua orang mas-mas yang teriak memanggil “Mas!!
Mas!! Ini HP Nya yah? Tadi saya temuin dibawah ketinggalan yah?” sambil
menunjukkan HP gue. Dengan rasa brsyukur dan sedikit lemes gue jawab “oh
iya bener mas, Alhamdulillah, ketemu dimana mas? Aduh, Terimakasih banyak yah
mas” | “iya sama-sama mas, untung aja saya yang temuin,
lumayan itu mas kalau hilang mah”.
Yaa
dengan ditemukannya HP ke tangan gue kembali, kami pun bisa mengabadikan
sedikit momen saat menikmati sunset di atas Gn.Api Purba. :3
Setelah matahari
perlahan turun dan langit sudah mulai gelap, kami pun segera kembali turun tapi
kali ini kami turun dengan beberapa teman (rombongan) mahasiswa dari salah satu
universitas di Jogja.
Sesampainya
dibawah gue pun menanyakan suatu tempat yang bakalan gue kunjungi
selanjutnya “mas, saya mau ke Bukit Bintang kalau dari sini kearah mana
yah?” | “mas ke arah jalan yang mas lewatin kearah sini aja,
tadi memangnya mas kesini lewat mana?” | “eumm ga tau deh mas,
soalnya saya dari Jakarta tadi abis main ke Goa Pindul dan lupa lewat
mana” | “yaa sebenarnya gampang sih mas, pokoknya tempatnya
itu dekat dengan jalan yang rada tanjakan berbelok-belok gitu” | “oh
gtu yah mas, yaudah deh nanti saya tanya orang dijalan saja”.
Kemudian,
Setelah kami selesai sholat magrib mereka pun menawarkan untuk mengantarkan kami ke
Bukit Bintang “Ayo mas jadi ke Bukit bintang ga? Biar sekalian kami
antar aja, nanti kami juga ngelawatin Bukit Bintang ko’ | dengan
senang gue menjawab “oh iya tunggu sebentar mas, saya ambil motor dulu
yah”. Kami pun berangkat bersama-sama melewati jalan yang berlik-liku,
dengan udara malam gunung kidul yang dingin dan gelap dengan pemandangan lampu
kerlap-kerlip dari kejauhan rumah penduduk pun terlihat seperti gugusan bintang
dilangit.
Ntah
berapa lama kami berjalan, dan setibanya di Bukit Bintang “mas kita
sudah sampai, ini dia Bukit Bintang nya. Nanti tingggal pilih saja tempat yang
mas suka” | “oh disini ya mas. Iyaa terimakasih banyak yahh
mas” | “iya sama-sama. Saya permisi dulu ya mas” | “ya
hati-hati mas”.
Sumber Foto : www.hipwee.com |
Terletak di
jalan Jogja - Wonosari, tepatnya di bukit Pathuk, Gunung Kidul. Di Bukit
Bintang ini, cukup banyak berjajar sejumlah rumah makan di tepi jurang yang
menawarkan aneka makanan dengan harga ringan.
Ternyata benar saja firasat ingin main ke tempat ini gak ada
sedikit pun penyesalan. Makanan dan minuman penghangat tubuh ditambah dengan
keindahan lampu kerlap-kerlip dari kejauhan kota dan kendaraan pun sudah cukup
bagi kami untuk menikmati malam di gunung kidul ini. Indahnya..
Setelah kami
rasa cukup untuk beristirahat, pukul 19:30 kami bergegas kembali ke (Homestay)
Jogja. Namun ada pengalaman yang cukup menyebalkan ketika kami ingin kembali,
kami nyasar!! Iyaa.. ntah kami dibuat nyasar atau memang terbawa suasana malam
Jogja membuat kami cukup kelimpungan mencari jalan pulang. Padahal kami sudah
berada di kota Jogja. Melewati yang biasa kami lewati ketika pagi hari, tapi
kali itu ntah kenapa terasa berbeda. Gue pusing!! Muter-muter aja ntah kemana
hahaha.. sampai akhirnya jam 10 malam baru deh ketemu jalan yang kami maksud
untuk kembali ke homestay dan istirahat.
Hari Ketiga
Hari ini adalah
hari terakhir kami berada di Jogja tapi seperti hari-hari sebelumnya, kami ga
sedikit pun menyia-nyia kan waktu. Dengan bangun di pagi-pagi hari kami
langsung bergegas mencari sarapan. Yaa setidaknya kami sudah berusaha untuk
mencari makanan yang lebih asik dari sebelumnya, tapi apalah daya gue memang ga
berbakat kalau dalam urusan berwisata kuliner jd yaa untuk ke 3 harinya kami
makan di warung Burjo dengan menu yang sama pula (nasi telor) -_- sabar
yah Surya, maafkanlah kakak mu ini
Kereta kami
(KA.Gaya Baru Malam) berangkat dari St.Lempuyangan - St.Senen pukul 15:56 WIB.
Jadi kami hanya memiliki beberapa jam lagi saja disana.
Setelah selesai
sarapan, gue pun memutuskan untuk pergi ke Jl.Malioboro. Dengan motor diparkir
disekitaran Jl.Malioboro kami memutuskan untuk naik becak keliling kota untuk
mencari oleh-oleh. Yaa kalau ga salah cukup dengan Rp.5000 saja kita sudah bisa
menikmati masa tempo dulu, menaiki becak keliling kota dengan sii bapak tua dan
bisa di antar ke tempat oleh-oleh yang dimulai dari baju batik, baju kreatif
jogja (Dagadu) sampai Bakpia.
Beberapa jam
sudah kami keliling seputaran Malioboro, pun dengan oleh-oleh yang kami cari
sudah semua didapatkan. Dengan begitu berarti uang kami hanya tinggal beberapa
rupiah saja hehee.. sedangkan jam keberangkatan kereta masih cukup lama.
Kemudian gue pun
berfikir “Jogja ini kan kota pelajar,jadi kemana gue harus pergi untuk
menambah kepintaran gue yah?” sampai kami menemukan suatu tempat yang
cukup menarik yang membuat kami penasaran, tempat itu bernama “Taman Pintar” hehee..
Kami pun
memutuskan untuk masuk ke Taman Pintar dan ternyataaaa.. disana pengunjungnya
kebanyakan anak-anak kecil men -_-“ ampun deh! Tapi setelah memasuki gedungnya
ternyata cukup banyak pengetahuan yang didapat dan kreatif-kreatif ko’
peralatan disana. Setelah puas mencari ilmu yang dalam seketika membuat kepintaran kami bertambah selama di Taman Pintar, kami pun
memutuskan kembali ke homestay untuk beristirahat sejenak dan meminta mas Angga
mengantarkan kami ke Stasiun.
“Terimakasih
banyak yah mas, sudah mau mengijinkan kami tinggal ditempat mas Angga, lain
kali kalau main ke Jakarta kabarin ke saya aja. Barangkali saya bisa
bantu” | “Iya mas sama-sama, nanti kalau saya kesana
saya kabarin mas Indra” katanya yang kemudian menurunkan kami di
Stasiun Lempuyangan.
Tips
ke 5 :
“Beli lah tiket pulang bersamaan saat kalian membeli tiket keberangkatan”
Kereta kami pun
berangkat Pkl 15:56 WIB dan di dalam perjalanan gue berikir dan memutuskan untuk menjadi pribadi
yang jauh lebih baik lagi. Lebih menghargai dan menghormati antar sesama. Jogja juga mengajarkan banyak hal kepada gue, mulai dari hal yang sepele tentang
bagaimana kita harus lebih bisa sabar dalam hal berkendara, menunggu lampu
merah berganti menjadi lampu hijau di Jakarta itu seperti menuggu harga BBM
turun lagi men, lama! Tapi di sana, walaupun sama lamanya tapi malu rasanya
jika menerobos lampu merah, yaa karna masyarakat disana pun pada taat lalu
lintas, kemudian Jogja juga mengajarkan gue untuk menjadi orang yang lebih mudah
bergaul, berani untuk mengalahkan rasa takut, menghargai waktu, menyegerakan
tindakan setelah direncanakan, percaya untuk mewujudkan mimpi, menjadi orang yang lebih sabar ketika dihadapkan pada masalah, bahkan merasakan sulitnya menjadi orang perantauan. Dan jauh dari semua itu, hal yang terpenting adalah bagaimana gue bisa mengetahui sejauh apa gue bisa mengenal diri gue sendiri.
Karna perjalanan
sesungguhnya itu bukan dari seberapa banyak tempat yang sudah kalian jumpai, bukan juga dari seberapa jauh/lama perjalanan yang sudah kalian lakukan tetapi seberapa banyak ilmu yang kalian dapat dari setiap perjalanan hingga ketika kita kembali ke kota asal, kita menjadi seseorang yang berbeda, menjadi masusia yang lebih baik lagi.
Pantas saja
banyak orang yang mengatakan “Rindu pada Jogja”, sekarang gue pun
mengerti itu semua karna gue rasa kota Jogja ini adalah surganya para
Traveller. Dimulai dari warganya yang ramah, segala kebutuhannya yang terjangkau di kalangan mahasiswa,
serta masih banyak tempat indah lainnya yang belum sempat gue jumpai,
terimakasih kota pelajar untuk pelajarannya, Jogja memang memiliki keistimewaan
tersendiri, yang membuat gue pun selalu merasa ingin kembali kesana,
Yogyakarta.